BCA Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8-5% pada 2025, Didorong Kebijakan Pemerintah dan Pertumbuhan Populasi Produktif

Johan Subekti

0 Comment

Link

Voiceofnusantara.com, Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 4,8 hingga 5 persen pada tahun 2025, meskipun dihadapkan pada tantangan global dan domestik. Chief Economist BCA, David Sumua, menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah serta pertumbuhan populasi produktif akan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.

David menilai bahwa kebijakan pemerintah dan program-program yang diterapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. “Kebijakan dan program pemerintah dapat memberikan daya ungkit cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar David dalam keterangan resminya, Senin (24/2).

Sejumlah sektor diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif, seperti properti, transportasi, logistik, makanan dan minuman, serta kemasan. Sektor-sektor ini diproyeksikan akan mendapat dorongan dari kebijakan pemerintah yang mendukung. Selain itu, kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga dinilai dapat meningkatkan likuiditas domestik.

David menjelaskan, sektor-sektor terkait properti, perumahan, serta subsektor turunannya seperti transportasi, logistik, dan kemasan diperkirakan akan bergerak positif. “Tentu yang berhubungan dengan properti, perumahan, ini kan banyak sekali subsektornya yang berkaitan dengan itu, diperkirakan bergerak positif,” tambahnya.

Ekonomi Indonesia yang berbasis konsumsi (consumer-driven economy) diprediksi akan mendapat dorongan lebih lanjut dari peningkatan jumlah penduduk produktif yang tumbuh rata-rata 3 persen per tahun. David menambahkan, meskipun sektor-sektor berbasis konsumsi akan tetap tumbuh, diperlukan katalis baru untuk memperkuat daya beli masyarakat, salah satunya melalui masuknya investasi asing langsung (FDI) di sektor manufaktur.

Namun, meski optimis, David mengingatkan bahwa ketidakpastian global tetap menjadi tantangan. Faktor-faktor seperti geopolitik, nilai tukar, dan potensi kebijakan proteksionis yang mungkin diambil oleh Presiden AS, Donald Trump, masih bisa memengaruhi perekonomian Indonesia, khususnya pada semester pertama 2025. “Uncertainty di globalnya kan masih cukup tinggi, tapi tetap ada beberapa katalis yang saya pikir membuat kita juga optimis,” tuturnya.

Di sektor pasar modal, Head of Research BCA Sekuritas, Andre Benas, juga menunjukkan optimisme. Ia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi rebound ke level 7.200 hingga 7.700 pada tahun 2025, dengan sektor perbankan menjadi pendorong utama.

“Kalau ditanya sektornya, pasti ya kalau kita ekspektasi pertumbuhan yang paling bagus saat ini masih didorong oleh financial services, yaitu bank,” ujar Andre.

Meski demikian, Andre mengingatkan investor ritel untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. “Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, penting bagi investor untuk mempertimbangkan faktor fundamental dan tidak terburu-buru dalam menempatkan modal,” tambahnya. Andre juga menyarankan untuk mempertimbangkan instrumen investasi seperti pasar uang, reksadana pasar uang, dan obligasi ritel yang memberikan imbal hasil menarik dalam beberapa tahun terakhir.

Share:

Related Post

Leave a Comment