Voiceofnusantara.com, Beijing – Pemerintah China menyatakan tidak menginginkan terjadinya perang dagang, namun menegaskan siap menghadapi Amerika Serikat jika negara tersebut terus menerapkan tarif yang dianggap merugikan rakyat dan ekonomi Tiongkok.
“China tidak ingin berperang, tetapi juga tidak takut. Kami tidak akan tinggal diam ketika hak dan kepentingan sah rakyat kami dilanggar atau ketika sistem perdagangan multilateral dirusak,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis (10/4).
Pernyataan ini menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump sehari sebelumnya, yang menyatakan penundaan sementara tarif timbal balik terhadap lebih dari 75 negara mitra dagangnya selama 90 hari. Namun, tarif terhadap produk-produk asal China justru dinaikkan secara drastis menjadi 125 persen.
Trump menyebut bahwa langkah ini diambil sebagai respons atas “kurangnya rasa hormat China terhadap pasar global,” dan menuding Beijing memanipulasi perdagangan internasional demi keuntungannya sendiri.
Sebagai respons, China mulai memberlakukan tarif balasan sebesar 84 persen terhadap barang-barang asal AS sejak Kamis siang (10/4) waktu setempat. Beijing juga secara resmi menggugat Amerika Serikat ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menuduh Washington melanggar aturan WTO dan merusak stabilitas sistem perdagangan global.
“Jika AS bersikeras mengutamakan kepentingan sepihaknya dan mengorbankan tatanan internasional demi hegemoni, maka akan menghadapi penolakan keras dari komunitas global,” tambah Lin Jian.
China menyatakan akan terus mengambil langkah-langkah tegas untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan nasional, dan kepentingan pembangunan ekonominya. Selain itu, pemerintah China mendesak AS untuk menghentikan tindakan yang dianggap sebagai bentuk intimidasi ekonomi dan bersedia membuka jalur negosiasi hanya jika AS menunjukkan sikap saling menghormati dan memperlakukan mitra dagangnya secara setara.
“Langkah Amerika yang melawan arus zaman tidak akan mendapat dukungan dan hanya akan berujung pada kegagalan,” tutur Lin Jian.
Ketegangan perdagangan ini telah memicu reaksi di pasar global. Bursa saham Wall Street melonjak tajam setelah pengumuman Trump, dengan indeks Dow Jones naik 7,69 persen, Nasdaq menguat 12,16 persen, dan Russell 2000 menguat 8,66 persen. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS mulai stabil, menandai meredanya kekhawatiran pasar akan lonjakan suku bunga.
Dalam pernyataannya kepada WTO, pemerintah China menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi yang “semakin membahayakan,” dan meminta Sekretariat WTO untuk menginvestigasi dampak kebijakan tarif AS terhadap perdagangan global serta melaporkan hasilnya kepada seluruh negara anggota.
Leave a Comment