Mitigasi Risiko Penularan Penyakit Vektor di Ibu Kota Nusantara: Kajian Terbaru dari Monash University

Mikhael Adhirajasa

0 Comment

Link

VoN, JAKARTA – Kajian terbaru yang dipublikasi dalam jurnal Nature Communications memberikan wawasan baru tentang mitigasi risiko penularan penyakit malaria dan penyakit yang ditularkan oleh vektor, seperti demam berdarah, zika, chikungunya, dan Japanese Encephalitis, di Ibu Kota Nusantara atau ibu kota negara baru Indonesia IKN.

Kajian yang berjudul “Mitigating risks of malaria and other vector-borne diseases in the new capital city of Indonesia” ini dipimpin oleh Dr. Henry Surendra, Associate Professor dan Koordinator Program Master of Public Health, Monash University, Indonesia, bersama dengan para peneliti senior dari berbagai institusi internasional.

Kajian ini dilakukan dengan kerjasama antara Monash University, Oxford University Clinical Research Unit, National University of Singapore, serta pemangku kepentingan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, WHO Indonesia, dan UNICEF Indonesia.

Dr Henry Surendra menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana perubahan lingkungan, perilaku vektor, dan mobilitas manusia berperan dalam penyebaran penyakit di IKN yang sedang berkembang pesat.

Menurut Dr Helen Prameswari, Manajer Program Malaria Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, meskipun ada keberhasilan dalam pengendalian malaria di IKN, tetap ada perhatian besar terhadap upaya mitigasi risiko penyakit vektor.

Pembentukan Gugus Tugas Bebas Malaria pada Mei lalu menunjukkan langkah konkret untuk menanggulangi penyakit tersebut, khususnya di kalangan pekerja konstruksi dan buruh migran yang berisiko tinggi terpapar malaria.

Dalam rangka mengoptimalkan mitigasi risiko penularan penyakit, Dr. Surendra dan timnya merekomendasikan penelitian lebih mendalam terkait dampak perubahan lingkungan terhadap perilaku vektor dan mobilitas manusia.

Kemajuan teknologi seperti data satelit dan AI menawarkan peluang untuk memantau perubahan secara real-time, memungkinkan perencanaan tata ruang yang lebih baik untuk meminimalkan risiko kesehatan selama proses pembangunan kota.

Pembangunan IKN di Kalimantan Timur memiliki dampak besar yang meluas ke wilayah sekitarnya, termasuk provinsi-provinsi tetangga dan negara-negara di sekitarnya.

Oleh karena itu, penting untuk membangun kolaborasi lintas batas antar wilayah dan negara, agar tantangan kesehatan, ekologi, dan sosial dapat ditangani secara holistik. Pendekatan multidisiplin menjadi kunci untuk mencapai solusi yang menyeluruh.

Mengarah ke Indonesia Bebas Malaria pada 2030

Dr Iqbal Elyazar, peneliti senior di Oxford University, menyatakan bahwa pendekatan berbasis riset sangat penting dalam upaya eliminasi malaria di Indonesia.

“Dengan target Indonesia bebas malaria pada tahun 2030, diperlukan strategi yang adaptif dan berbasis informasi untuk mengatasi masalah malaria secara efektif di seluruh Indonesia,” terangnya.

Optimisme ini juga didukung oleh Alex Lechner, Vice President of Research Monash University, Indonesia, yang mengatakan bahwa urbanisasi cepat dan perubahan iklim akan menghadirkan tantangan besar bagi pembangunan berkelanjutan di wilayah-wilayah yang rentan terhadap malaria, seperti Indonesia.

Oleh karena itu, penelitian kolaboratif dan solusi inovatif sangat penting untuk mengurangi dampak kesehatan dan lingkungan dari proyek infrastruktur berskala besar seperti di IKN.

Pembangunan IKN tidak hanya membuka peluang untuk memperbaiki infrastruktur dan tata kota, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mengintegrasikan pengendalian penyakit menular dalam perencanaan pembangunan jangka panjang.

Langkah-langkah mitigasi yang telah dilakukan di IKN dapat menjadi contoh bagi pembangunan ibu kota di negara-negara lain yang menghadapi tantangan lingkungan serupa.

Dengan pendekatan yang lebih terintegrasi dan kolaboratif, IKN dapat menjadi model kota berkelanjutan yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada kesehatan masyarakat dan perlindungan lingkungan.

Hal ini tidak hanya akan mengurangi risiko penularan penyakit menular, tetapi juga mendukung pertumbuhan kota yang lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan di masa depan. **

Share:

Related Post

Leave a Comment