Voiceofnusantara.com, Yogyakarta – Hampir setahun kepergian penyair besar Joko Pinurbo, dunia sastra Indonesia masih menggenggam erat napas puisi-puisinya. Dalam senyap, rindu akan sosok yang dikenal dengan gaya tutur jenaka dan tajam itu kini menjelma menjadi perjamuan kenangan.
Sebagai bentuk penghormatan dan perayaan atas warisan sastra yang ditinggalkan Jokpin, Gramedia Pustaka Utama, Grasindo, dan Gramedia Sudirman Yogyakarta akan menggelar acara bertajuk “Perjamuan Setahun Jokpin: Yang Terbuat dari Rindu, Pulang, dan Angkringan”, Minggu, 27 April 2025, pukul 18.00 WIB.
Acara ini bukan sekadar peringatan. Ia adalah ruang—tempat karya, kenangan, dan para pembaca bertemu dalam kehangatan yang sangat Jokpin: santai, menyentuh, dan penuh makna.
Dihadiri keluarga mendiang, termasuk sang istri, serta seniman, komunitas, dan pecinta sastra, perjamuan ini menghadirkan pertunjukan seni dari Forum Aktor Yogya, pembacaan puisi, dan dialog antar generasi yang tumbuh bersama puisi-puisi Jokpin.
Salah satu momen paling dinanti adalah peresmian patung Jokpin karya seniman Dunadi, yang akan menjadi simbol abadi kehadiran sang penyair di jantung kota yang selalu ia cintai: Jogja. Patung itu bukan hanya penanda fisik, tapi juga penanda rasa—akan puisi-puisi yang menyentuh dari celana hingga cinta, dari angkringan hingga keresahan sosial.
Gramedia juga akan meluncurkan kembali buku puisi legendaris “Celana” dalam edisi spesial, lengkap dengan diskon 20 persen untuk delapan judul karya Jokpin selama sebulan penuh, disertai pembatas buku edisi terbatas sebagai pengingat akan perjalanan literasi sang penyair.
Lebih dari itu, acara ini adalah pengingat bahwa puisi tidak mati bersama penulisnya. Sebaliknya, ia hidup di setiap larik yang dibaca ulang, di setiap kenangan yang diceritakan kembali.
Seperti puisinya yang paling dikenal:
“Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.”
Kini, Jogja juga terbuat dari Jokpin—dan dari puisi-puisinya yang tak pernah benar-benar pergi.
Leave a Comment