Kredit Perbankan Tembus Rp8.043 Triliun per Juli 2025, Pertumbuhan Melambat Tipis

Mikhael Adhirajasa

0 Comment

Link

Voiceofnusantara.com, Jakarta — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa total penyaluran kredit oleh industri perbankan nasional mencapai Rp8.043,2 triliun per Juli 2025, tumbuh 7,03 persen secara tahunan (year on year/yoy). Meskipun terjadi sedikit perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 7,77 persen, OJK menilai kondisi intermediasi perbankan masih berada dalam zona stabil.

“Kinerja intermediasi tetap terjaga, dengan profil risiko yang terkendali dan layanan perbankan berjalan optimal,” ujar Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Agustus 2025, Kamis (4/9).

Kredit Investasi Tumbuh Paling Tinggi

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi dengan lonjakan 12,42 persen yoy, disusul kredit konsumsi yang tumbuh 8,11 persen, dan kredit modal kerja yang meningkat lebih moderat sebesar 3,08 persen.

Sementara berdasarkan kepemilikan, kantor cabang bank asing mencatat pertumbuhan kredit tertinggi yaitu 9,90 persen yoy.

Dari sisi debitur, kredit korporasi tumbuh kuat di angka 9,59 persen, sedangkan pertumbuhan kredit untuk sektor UMKM masih terbatas di level 1,82 persen, di tengah fokus perbankan dalam memperbaiki kualitas kredit di segmen ini.

Sektor Transportasi dan Jasa Catat Lonjakan Kredit

Sejumlah sektor ekonomi mencatat pertumbuhan kredit dua digit. Kredit ke sektor pengangkutan dan pergudanganmeningkat paling tinggi sebesar 22,25 persen, diikuti oleh sektor aktivitas jasa lainnya (28,92 persen) dan pertambangan dan penggalian (18,31 persen).

DPK Tumbuh 7 Persen, Likuiditas Tetap Aman

Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,00 persen yoy menjadi Rp9.294 triliun. Komponen giro mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 10,72 persen, diikuti tabungan (5,91 persen) dan deposito (4,84 persen).

Kondisi likuiditas industri perbankan tetap solid dengan rasio alat likuid terhadap dana non-inti (AL/NCD) di angka 119,43 persen, dan alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) sebesar 27,08 persen. Liquidity Coverage Ratio (LCR) juga berada di tingkat yang sehat yakni 205,26 persen, jauh di atas ambang minimum yang ditetapkan regulator.

Kualitas Aset dan Permodalan Masih Kokoh

Rasio kredit bermasalah (NPL) per Juli 2025 tercatat stabil di angka 2,28 persen (gross) dan 0,86 persen (net). Sementara itu, Loan at Risk (LaR) berada di level 9,68 persen, masih sejalan dengan kondisi prapandemi.

Ketahanan perbankan tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di angka tinggi 25,88 persen, menjadi bantalan permodalan yang andal untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Dampak Penurunan BI Rate Mulai Terasa

OJK juga mencatat penyesuaian suku bunga perbankan seiring dengan kebijakan pelonggaran moneter. Rata-rata suku bunga kredit dalam rupiah menurun sebesar 36 basis poin (bps) untuk kredit investasi dan 20 bps untuk kredit modal kerja dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, suku bunga deposito juga mulai menunjukkan penurunan dibandingkan bulan lalu.

Share:

Related Post

Leave a Comment